Artikel

Mengenal Sejarah Kurban

Sebuah riwayat tentang sejarah kurban menyebutkan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Dengan jumlah ini, Sang Nabi tergolong milyuner di masanya.

Sejarah Kurban

Suatu hari, seseorang bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Milik siapa ternak sebanyak ini?”

Nabi Ibrahim menjawab, “Semua milik Allah, tapi kini masih punyaku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan kuserahkan juga.”

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, pernyataan Nabi Ibrahim di atas Allah jadikan bahan ujian. Lewat sebuah mimpi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim agar mengorbankan putranya.

Kala itu, Ismail masih berusia 7 tahun. Wajahnya tampan, sehat, dan lincah. Hati orang tua manapun tidak akan tega menyakiti sosok kecil ini. Al-Qur’an merekam peristiwa ini.

“Ibrahim berkata : ‘Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa pendapatmu?’ Ismail menjawab: ‘Wahai Ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’”

Setan Coba Mengganggu

Akan tetapi, saat keduanya siap melaksanakan perintah Allah, datanglah setan yang coba mengganggu, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak sendiri disembelih? Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!”

Namun, keimanan Nabi Ibrahim lebih kuat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar!”

Batu itu dilempar. Inilah yang menjadi asal syariat lempar jumrah dalam rangkaian ibadah haji semua muslim di dunia saat ini.

Ketika sang Ayah belum juga mengayunkan pisau, Ismail mengira ayahnya ragu. Ia melepaskan tali pengikat tangannya, dengan maksud agar tidak muncul suatu kesan dalam sejarah bahwa sang anak menurut karena dipaksa. Ismail meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Nabi Ibrahim pun memantapkan niatnya. Nabi Ismail juga dalam kondisi tawakal dengan segala yang Allah takdirkan.

Namun sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firmannya, menyuruh Nabi Ibrahim menghentikan perbuatannya. Allah telah meridhoi ayah dan anak itu.

Imbalan Keikhlasan

Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai kurban, sebagaimana Al-Qur’an surat As Shaffat ayat 107-110 menerangkan:

“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.”

“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”

“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Pengorbanan Nabi Ibrahim yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuatnya menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan menjadi teladan keimanan bagi umat Islam hari ini.

Idul Adha disebut juga “Idul Nahr”, yang berarti hari raya penyembelihan. Peristiwa ini memperingati ujian terberat Nabi Ibrahim. Ketabahan Nabi Ibrahim menghadapi berbagai ujian dan cobaan, mengantarkannya pada sebuah gelar kehormatan, “Khalilullah” (kekasih Allah).

Mari, meneladani keimanan Nabi Ibrahim, dengan menjalankan syariat kurban bersama Masjid Nusantara.


Referensi: Amal Qurban
Foto: Roman Odintsov, Pexels