Artikel

Mengapa Sya’ban Memilih Membangun Rumah Jauh dari Masjid Rasulullah?

“Adakah yang mengetahui kabar Sya’ban?”

Subuh itu Rasululllah tak kunjung memulai shalatnya, beliau bertanya dengan nada heran kepada para sahabat mengenai keberadaan Sya’ban. Pagi itu Sya’ban tak datang shalat berjamaah, padahal biasanya ia tak pernah datang terlambat ke masjid dan selalu memilih tempat di pojok dengan alasan agar tak menghalangi orang lain.

“Adakah dari kalian yang mengetahui kabar Sya’ban?” Rasulullah mengulang tanya. Namun tetap saja, tidak ada di antara sahabat yang mengetahui tentang Sya’ban.

“Adakah di antara kalian yang tahu Sya’ban tinggal di mana?” Akhirnya ada sahabat yang menjawab dan mengetahuinya.

Rupanya rumah Sya’ban sendiri cukup jauh dari masjid. Di saat yang lain ingin selalu berdekat-dekat dengan Rasulullah, tapi Sya’ban malah memilih membuat rumah yang jauh.

Meski kenyataannya ia tak pernah sekalipun terlambat  shalat jamaah di masjid. Banyak yang keheranan atas keputusan Sya’ban tersebut.

Ketika ditanya tentang alasannya, Sya’ban dengan tenang menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa setiap langkah seseorang menuju masjid maka satu dosanya akan diampuni  atau derajatnya dinaikkan satu derajat.”

Karena Rasulullah sangat khawatir dengan keadaan Sya’ban, maka ia memutuskan untuk mendatangi rumah Sya’ban. Setelah tiga jam akhirnya Rasulullah dan beberapa sahabat sampai di depan rumah Sya’ban.

“Apa benar ini rumah Sya’ban?” Rasulullah bertanya pada seorang wanita.

“Benar, saya istrinya.”

“Kami ingin bertemu dengan Sya’ban, ia tidak mengikuti jamaah subuh di masjid,” ucap Rasulullah.

“Sya’ban meninggal tadi pagi,” istri Sya’ban menjawab dengan linangan air mata.

Rupanya satu-satunya alasan Sya’ban absen dari shalat subuh di masjid adalah karena ajal. Lalu istri Sya’ban pun bercerita perihal Sya’ban.

“Ya Rasulullah, sesungguhnya sebelum kematiannya Sya’ban sempat berteriak tiga kali dan kami semua tak paham apa maksudnya.”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“Sya’ban berteriak, ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua!”

“Saat Sya’ban sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah, termasuk juga ganjaran yang diperolehnya saat melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah. Dia melihat seperti apa surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya.”

Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.

Dalam kalimat “Aduh kenapa tidak yang baru”, Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Ia memakai pakaian dua rangkap, yang bagus ia pakai di dalam dan yang sudah jelek ia pakai di luar.

Dalam perjalanannya, Sya’ban bertemu dengan seseorang yang meringkuk kedinginan, Sya’ban pun berhenti karena merasa iba sehingga ia membuka baju luarannya untuk diberikan kepada orang  tersebut. Kemudian Sya’ban memapahnya dan mereka berangkat bersama untuk shalat berjamaah.

Sya’ban diperlihatkan pahala yang ia peroleh saat ia menolong orang tersebut, dan ia menyesal kenapa tidak memberikan baju yang lebih baru.

Kemudian Sya’ban diperlihatkan pahala ketika ia sedang sarapan, tiba-tiba datang seorang pengemis. Sya’ban memberikan setengah dari jatah sarapannya kepada pengemis yang belum makan tiga hari tersebut. Ia menyesal, kenapa rotinya tak ia berikan semua sehingga ia bisa mendapat surga yang lebih indah.

Apa yang disesali Sya’ban bukan perbuatan buruk seperti penyesalan manusia pada umumnya, tapi ia menyesali kenapa tidak berbuat baik lebih banyak lagi.

Lalu kamu, sudah berbuat apa hari ini? Jangan sampai datang penyesalan nanti.


Sobat, ayo siapkan tabungan amal untuk penerang di alam kubur kelak, sekaligus mempersiapkan satu tempat di surga. Mari beramal jariyah lewat program Masjid Nusantara ini.