Artikel inspirasi

Kiblat Pertama Umat Islam: Masjidil Aqsha

Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina, adalah kiblat pertama umat Islam hingga bulan ke-17 setelah hijrah. Dalam peristiwa Isra Mi’raj, Masjidil Aqsha menjadi salah satu persinggahan Rasulullah sebelum diangkat ke Sidratul Muntaha. Mengendarai Buraq, Nabi ﷺ melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha sejauh 1.500 kilometer—yang menjadi asal muasal nama masjid ini: masjid terjauh.

Area Masjidil Aqsha yang Sesungguhnya

Salah kaprah yang terjadi selama ini, orang mengira Masjidil Aqsha adalah bangunan berkubah biru atau berkubah emas di Yerusalem. Bangunan berkubah biru itu memang masjid, namanya Jami’ Al Aqsha atau Masjid Al Qibli, sedangkan bangunan berkubah emas adalah Kubah Shakhrakh atau Dome of Rock.

Lalu di mana letak Masjidil Aqsha yang sesungguhnya? Area kompleks seluas 144.000 meter persegi yang mencakup Masjid Al Qibli, Kubah Shakhrakh, dan bangunan lainnya baik di atas maupun di bawah permukaan tanah, itulah Masjidil Aqsha.

Kubah Shakhrakh terletak di gerbang utama Masjidil Aqsha. Kubah Shakhrakh (Kubah Batu) yaitu bangunan berbentuk oktagon dengan kubah warna emas di bagian tengah kompleks. Kubah ini menaungi sebuah batu yang—diyakini beberapa ulama—merupakan titik pijak Rasulullah menuju ke langit dalam peristiwa Isra Mi’raj.

Masjid Al Qibli (Jami’ Al Aqsha) adalah tempat shalat yag terletak di area selatan kompleks. Ciri khasnya adalah kubah biru keabu-abuan. Luas bangunannya sekitar 35.000 meter persegi dan bisa menampung hingga 5.000 jamaah.

Selain dua situs populer tersebut, di dalam kompleks Masjidil Aqsha ada beberapa situs suci dan bersejarah lainnya. Di sebelah tenggara, ada Mushala Al Marwani, yakni area bawah tanah yang kerap dijadikan tempat shalat pula.  Kemudian ada Al Mawazin, delapan gerbang yang mengelilingi Kubah Shakhrakh.

Di barat Masjidil Aqsha, terdapat reruntuhan batu sepanjang 60 meter, menjulang 18 meter di atas tanah. Dulunya bernama Tembok Barat, namun kini lebih dikenal dengan Tembok Ratapan. Inilah dinding terkenal yang dianggap suci kaum Yahudi.

Jejak Berdarah Al Aqsha

Ada banyak riwayat tentang siapa yang pertama kali membangun masjid yang juga disebut Baitul Maqdis ini. Sebagian berpendapat seorang putra Nabi Adamlah yang membangunnya, sebagian lain menyatakan para malaikatlah yang membangunnya, yang kemudian dirawat oleh para nabi.

Nabi Ibrahim AS memperkokoh bangunannya. Demikian pula yang dilakukan Nabi Ya’qub AS, juga Nabi Dawud AS dan putranya, Nabi Sulaiman AS. Ketika kaum muslimin menaklukkan Al Quds (Palestina) pada tahun 15 Hijriah, Khalifah Umar bin Khatab memasuki pelataran Masjidil Aqsha dan berseru, “Demi Allah! Inilah masjid Dawud AS, Rasulullah ﷺ telah mengabarkan kepada kami bahwa di sinilah beliau di-Isra-kan.”

Setelah itu, Masjidil Aqsha menjadi perhatian para khalifah. Paling terkenal adalah pemugaran yang dilakukan Al Walid bin Abdul Malik dari Daulah Umayah, pada tahun 72 Hijriah.

Pada 1099 Masehi, Al Quds jatuh ke tangan Pasukan Salib dalam sebuah pengepungan yang berdarah-darah selama tujuh pekan, lalu berada di bawah pendudukan Kristen selama 91 tahun. Al Quds direbut kembali oleh pasukan Islam yang dipimpin Salahudin Al Ayubi pada 1887 Masehi.

Nakba, Malapetaka Bangsa Palestina

Tahun 1948 terjadi peristiwa \’Nakba\’–yang berarti malapetaka atau bencana dalam bahasa Arab. Lebih dari 700 ribu warga Arab Palestina eksodus akibat agresi militer Zionis. Saat Inggris merebut Palestina dari Turki Usmani pada 1917, Menteri Luar Negeri Arthur Balfour mendeklarasikan gerakan Zionis dan menjanjikan pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina. Dengan kata lain, agresi Zionis ke Palestina dilakukan atas restu Inggris. Mereka mengusir, meneror, bahkan membunuh penduduk asli, demi menghilangkan penduduk Arab (mayoritas Muslim) di sana, dan menambah populasi Yahudi.

Gerakan Zionis tak hanya berkaitan dengan politik, tapi juga ideologi. Kaum Yahudi yakin, Masjidil Aqsha berdiri di atas Haikal Sulaiman (Temple of Solomon)—kuil pertama Yahudi kuno di Yerusalem. Ideologi inilah yang menjadi akar Zionis mencaplok Palestina.

Untuk mendirikan kembali Haikal Sulaiman, para Zionis berupaya meratakan Masjidil Aqsha dan mensterilkan areanya dari aktivitas keislaman. Berbagai ekskavasi dilakukan di sekitar Masjidil Aqsha, dengan dalih penggalian arkeologi. Efeknya, fondasi Al Aqsha semakin melemah.

Keutamaan Baitul Maqdis

Hingga hari ini konflik masih berkecamuk di Baitul Maqdis—nama lain Al Aqsha. Israel semakin semena-mena menjajah, kecaman dunia internasional tak diindahkan. Mereka semakin besar kepala, terutama setelah Amerika Serikat menunjukkan dukungan dengan memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem, sekaligus mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel.

Umat Islam tentu tidak boleh berpangku tangan. Penjajahan dan pembantaian di Palestina tidak dibenarkan oleh hukum negara manapun. Selain itu, Palestina memiliki tempat khusus di kalangan umat Islam. Banyak hadits menyebutkan keutamaan Baitul Maqdis, di antaranya:

Kiblat pertama umat Islam

Saat perintah shalat turun, Rasulullah dan para sahabat sholat menghadap Masjidil Aqsha selama 16-17 bulan. Setelah itu baru turun perintah pemindahan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Ka’bah.

Masjid kedua di muka bumi

Dari Abu Dzar –radhiyallahu anhu- berkata, “Wahai Rasulullah, masjid mana yang pertama kali di bangun di muka bumi? Rasulullah ﷺ menjawab, “Masjidi Haram” Saya berkata, “Kemudian, masjid mana?” Beliau menjawab, “Masjidil Aqsa.” Saya bertanya, “Berapa jarak waktunya?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Empat puluh tahun, dan di mana saja kamu mendapati waktu sholat masuk, maka sholatlah, karena (seluruh bumi) ini masjid.” (HR Muslim)

Tanahnya dilingkupi berkah

Baitul Maqdis merupakan tempat turunnya para nabi. Ia juga dilimpahi kebaikan duniawi, seperti tanah yang subur, tak kekurangan sumber pangan.

Pahala shalat di sana berlipat ganda

Dari Abu Dzar –radhiyallahu anhu-, ia berkata, “Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rasulullah atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah ﷺ . Lalu Rasulullah ﷺ bersabda : “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : seperti busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya.”

Hadits ini menunjukkan shalat di Masjid Nabawi seperti empat kali shalat di Masjidil Aqsha. Pahala shalat di Masjidil Aqsha setara 250 kali dibandingkan masjid lainnya, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Rumah para Thoifah Manshuroh

Dalam banyak hadits disebutkan bahwa akan selalu ada sekelompok orang dari umat Nabi ﷺ yang memegang teguh kebenaran. Mereka disebut thoifah manshuroh (kelompok yang dijanjikan), dan tempat mereka berada adalah negeri Syam. Hari ini, beberapa ahli berpendapat Syam merujuk ke sejumlah negara, yaitu Lebanon, Suriah, Yordania, dan Palestina—tempat Baitul Maqdis berada.


Maasya Allah, betapa mengagumkannya masjid-masjid bersejarah ini. Di Indonesia sendiri sebagai negara sejuta masjid, keberadaannya mudah ditemukan.

Namun, sebagai lembaga yang concern pada keberadaan masjid, Masjid Nusantara banyak menemukan kondisi masjid di pedalaman yang berbeda drastis dengan masjid perkotaan yang kokoh dan terawat.

Untuk itu, Masjid Nusantara mengajak Sobat untuk patungan menjaga, merawat, bahkan membangun masjid di pelosok dengan berdonasi melalui link berikut:

Patungan Bangun Masjid di Pelosok

Baca juga: Bukti Islam Toleran? Aya Sofya Jawabnya

(Referensi: Republika, Wikipedia, The Telegraph, sacred-destinations, almanhaj.or.id, kiblat.net. Foto: dakwatuna.com)