Buletin

Edisi 022 | IV | 2015

KEKUATAN HUSNUDZAN

“Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus 10:36)

Di masa ‘Abbasiyah akhir, tersebutlah seorang mantan hamba sahaya yang telah menebus dirinya sendiri dengan bekerja untuk mendapatkan upah di saat hari libur dari tuannya. Dia dikaruniai seorang anak dan istrinya meninggal saat anak itu masih kecil. Ungkapan terkenal saat dia menjadi manusia merdeka dan mendapatkan uang dari majikannya kemudian mendapatkan istri dan anak, serta saat istrinya meninggal adalah “Kami tidak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.”

Ketikan anaknya sudah menjelma menjadi seorang pemuda, Si Ayah berkata, “Mari kita persembahkan hidup kita hanya untuk Allah SWT dengan mempersembahkan yang terbaik. Ayah punya uang tabungan pemberian tuan dan tabungan Ayah. Kita beli kuda yang bagus untuk persiapan kita berperang.”

Siangnya, mereka pulang dari pasar dengan menuntun seekor kuda perang berwarna hitam. Kuda itu gagah. Surainya mekar terurai. Nampaknya sangat mengagumkan. Matanya berkilat. Giginya rapi dan tajam. Kakinya kekar dan kukuh. Ringkiknya pasti membuat kuda musuh bergidik. Semua tetangga datang untuk mengaguminya. Mereka menyentuhnya, mengulas surainya. “Kuda yang hebat! kami belum pernah melihat kuda seindah ini. Luar biasa! Mantap sekali! Berapa yang kalian habiskan untuk membeli kuda ini?” Anak beranak itu tersenyum simpul. Ya, itu simpanan yang dikumpulkan seumur hidup.