Artikel

Belajar Menahan Diri Saat Puasa

Oleh Muhammad Sobirin @kangsobdotcom

“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah Mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia Menerima tobatmu dan Memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah Ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri‘tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.” (QS. Al Baqarah 2:187)

Shiyam secara bahasa artinya menahan. Orang yang diam disebut, “shaa`im”, karena ia menahan dari berbicara. Di antaranya firman Allah, “Sesungguhnya aku bernadzar kepada Allah Ar-Rahman untuk tidak berbicara (shaum).” (QS. Maryam: 26).

Secara istilah syar’i, shiyam adalah menahan diri dengan niat dari perkara-perkara yang khusus, pada waktu yang khusus, dilakukan oleh orang-orang yang khusus.
Jadi ada dua cara ampuh untuk mendapatkan ibadah ramadhan yang sukses. Pertama, mengisinya dengan amalan-amalan yang dicontohkan Rasulullah SAW., mulai dari shiyam, qiyam, tilawah, sedekah, dzikr, wirid, dana amalan social. Amalan tersebut kalau kita tunaikan niscaya tidak akan cukup waktu kita untuk menunaikan semuanya. Kedua, menahan diri dari hal yang akan merusak atau membatalkan puasa dan pahalanya. Sepintas hal kedua lebih ringan dari yang pertama, namun ketahuilah bahwa hawa nafsu kita sudah dilatih oleh syetan selama sebelas bulan untuk mengumbar hawa nafsu, maka mengendalikannya kembali butuh usaha yang tidak mudah.

HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
Perkara yang paling utama di bulan mulia ini adalah menahan diri dari hal yang akan membatalkan puasa. Karena kalau batal puasa bukan karena udzur syar’i (alasan yang dibenarkan syari’at), maka hukumnya berdosa dan tentu ada konsekuensinya. Alhamdulillah hal yang membatalkan puasa secara fikih sedikit saja, yakni makan-minum (memasukan dengan sengaja sesuatu ke dalam mulut dan saluran pencernaan), dan berhubungan suami istri (bagi yang sudah menikah) atau istimna’ (masturbasi). Insya Allah menahan dari yang membatalkan puasa kita relative mudah melakukannya.

HAL YANG MEMBATALKAN PAHALA PUASA
“Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta, perbuatan dusta, dan (ucapan atau perbuatan) kebodohan, niscaya Allah tidak memerlukan usaha dirinya dalam meninggalkan makanan dan minuman (shaum).” (HR. Bukhari no. 6057, Ibnu Majah no. 1689, dan Ahmad no. 8529)

Ucapan Dusta
Orang yang melakukan shaum dituntut untuk senantiasa waspada, berhati-hati, dan menjaga lisannya. Ia tidak boleh sembarangan mengobral ucapan. Ucapan yang tidak membawa manfaat di dunia dan akhirat wajib ditinggalkannya. Apalagi membicarakan hal-hal yang dilarang agama, sudah tentu hukumnya haram. Jangankan menggunjing (ghibah), mengadu domba (an-namimah), atau memfitnah; sekedar bercanda alias melawak pun dilarang apabila mengandung unsur kebohongan.
Perkataan orang yang shaum harus senantiasa jujur, benar, dan sesuai realita.

“Jika salah seorang kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata atau berbuat jorok dan berteriak-teriak (gaduh). Kemudian jika ada seseorang yang memaki-maki atau menantangnya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan: saya sedang puasa!” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Perbuatan Dusta
Ketika orang yang ucapannya dusta disebut orang yang tidak jujur, maka perbuatan dusta adalah cermin dari orang yang tidak memiliki integritas. Allah SWT berfirman dalam surat Ash Shaf,

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Ingkar janji dan tidak amanah adalah contoh dari perbuatan dusta.

Kebodohan
Imam Muhammad bin Hayat As-Sindi menulis: “Seluruh perbuatan maksiat merupakan tindakan yang bodoh.”
Sesungguhnya semua bentuk maksiat wajib kita jauhi selama melaksanakan shaum, yang besar maupun kecil, yang terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, karena ia merupakan tindakan yang bodoh. Semuanya demi kesempurnaan pahala dan manfaat shaum kita.

KEINGINAN VS KEBUTUHAN
Satu hal yang penting juga dilatih di bulan ramadhan adalah menahan keinginan. Berbagai tawaran menggiurkan hadir di bulan Ramadhan, kondisi yang mendorong untuk berlaku konsumtif juga sangat kencang. Bedakanlah antara kebutuhan dan keinginan, tidak semua keinginan itu yang kita butuhkan, dan kalau sesuatu itu kita butuhkan pasti Allah akan berikan, karena Allah senantiasa memenuhi kebutuhan hamba-NYA.