Berita

Suka Duka Pasutri 33 Tahun Jadi Marbot, Dapat Rp 5 Ribu sampai Rp 175 Ribu

Bandung – Pasangan suami istri Mursidah (53) dan Rasono (54) begitu bahagia menerima bantuan berupa THR dan paket sembako dari Yayasan Masjid Nusantara (YMN). Sejak 1982 mereka berdua menjadi marbot atau pengurus masjid di Masjid Al Mustaqiem di kawasan Jalan Gatot Subroto Kota Bandung.

Selama 33 tahun mengabdi sebagai marbot, mereka pernah mengalami digaji Rp 5 ribu per bulan hingga kini mendapatkan Rp 175 ribu per bulannya. Meski dirasa kecil namun Mursidah mengaku hidupnya tenang, berkah, dan mendapat kemudahan.

Dituturkan, Mursidah, tahun 1982 ia dan suami merantau dari kampung asal mereka di Gombong, Jawa Tengah.

“Waktu itu kami ngontrak. Yang punya kontrakan itu dulunya juga marbot. Lalu dia meminta kami meneruskan,” tutur Mursidah.

Sejak saat itulah Mursidah dan suaminya bergotong royong mengurusi masjid yang menurutnya cukup besar. Menyapu, mengepel, membersihkan area solat hingga membersihkan toilet dan tempat wudhu.

“Biasanya mulai membersihkan sejak setelah salat Subuh sampai sebelum Dzuhur,” katanya.

Kadang hati Mursidah sedih saat melihat ada jamaah atau pengunjung yang tidak menjaga kebersihan masjid.

“Harusnya kan menjaga masjid itu ya saling lah. Tapi kalau yang datang sampai menginap, lalu jorok, saya sih cuma bisa sedih. Nanti yang disalahkan ya saya lagi,” katanya.

Selain menjadi marbot, suaminya juga bekerja sebagai tukang becak dan kuli bangunan.

“Kalau ngandelin dari marbot mah enggak akan cukup atuh,” tutur Mursidah.

Ia menyebut, saat pertama menjadi marbot, mereka mendapatkan gaji dari DKM sebesar Rp 5 ribu per bulan. Selama 33 tahun mereka pun beberapa kali mendapatkan kenaikan gaji hingga saat ini besaran gaji mereka Rp 175 ribu.

“Sudah jalan Allah kami jadi marbot. Kami tenang, biar sedikit (gaji) tapi berkah. Segala dimudahkan. Ini celengan kami untuk di akherat nanti,” tuturnya.

Untuk membesarkan dan membiayai kebutuhan ketiga anaknya, Mursidah dan suami harus ekstra hemat. Meski pendapatan seadanya namun mereka mampu menyekolahkan anaknya hingga kuliah.

“Tapi enggak sampai selesai karena di tengah-tengah keburu nikah,” katanya.

Kehidupan mereka pun makin membaik setelah anak-anak mereka kini sudah bekerja.

“Yang repot itu jaman anak-anak masih kecil dan sekolah. Kalau sekarang sih mereka sudah pada nikah dan kerja, jadi terbantu,” jelas Mursidah.

Ia pun sangat senang ada yang memperhatikan mereka seperti dari YMN dan donatur lainnya. Karena menurutnya selama ini jarang sekali ada yang memperhatikan dirinya.

“Meskipun ada di kompleks orang-orang berada, tapi saya ngerasa mereka jarang sekali perhatian,” tuturnya.

http://news.detik.com/berita-jawa-barat/2967779/suka-duka-pasutri-33-tahun-jadi-marbot-dapat-rp-5-ribu-sampai-rp-175-ribu