Profesi guru merupakan seseorang yang mendidik dan mengajarkan suatu kebaikan kepada orang lain. Islam sendiri memberikan tempat dan derajat mulia bagi seorang guru. Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan untuk menghormati dan menaati perintah yang baik dari seorang guru.

Guru memiliki makna yang universal, tak hanya sebatas profesi yang mengajar di sekolah, namun juga semua orang mengajarkan ilmu dan kebaikan di luar pendidikan formal seperti kyai, ulama, guru mengaji, dan sebagainya.

Guru dalam Islam dianggap sebagai perantara manusia dengan Allah, dalam hal ini mengajarkan sebagai manusia dengan ilmu yang dimiliki sekaligus menjadi penunjuk jalan kepada manusia untuk menuju kebaikan di akhirat. Belajar agama tanpa guru mendekatkan seseorang pada kekeliruan.

Sudah banyak hadist Rasulullah tentang keutamaan seorang guru. Seperti perkataan Rasulullah yang diriwayatkan HR. Timidzi, “Sesungguhnya Allah, para malaikat dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bershalawat kepada muallim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia,”.

Kemuliaan guru dalam Islam

Derajat tinggi seorang diperoleh karena mereka termasuk golongan orang yang mengamalkan ilmunya. Guru tak hanya sebagai profesi, namun seseorang yang memiliki tugas untuk menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat kepada murid-muridnya. Guru dalam Islam adalah profesi yang juga jadi ladang amal yang pahalanya senantiasa mengalir, bahkan meskipun sang guru sudah meninggal

Rasulullah SAW dalam hadits shahih seperti diriwayatkan Abu Hurairah bersabda, “Apabila seorang manusia telah  meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal yaitu: Shodaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau  anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya.”

Pahala yang tak pernah putus ini bisa didapatkan guru jika ia mengajarkan murid-muridnya dengan ikhlas. Sementara itu, Imam Ghazali mengatakan ada sejumlah syarat bagi untuk menjadi guru yang ikhlas. Syarat-syarat tersebut antara lain selalu bersikap dengan kasih sayang dan lemah lembut kepada muridnya, tidak mengharap pujian, tidak mengharapkan upah, dan balas jasa lain.

Guru juga harus senantiasa membimbing dengan kasih sayang, luhur budi dan toleransi, sebisa mungkin selalu menghindarkan diri dari amarah, tidak merendahkan ilmu lain di luar spesialisasinya.

Kedudukan profesi guru

Sebenarnya dalam perspektif Islam, relasi kedudukan guru yang tinggi dikarenakan tugasnya dalam menyebarkan ilmu dan kemudian mengamalkannya. Rasulullah semasa hidupnya pernah mengatakan, sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengamalkanya.

Guru adalah seorang yang berilmu. Dalam Islam, jika orang yang berilmu saja adalah orang yang ditinggikan derajatnya, apalagi mereka yang mengamalkan ilmunya. Seorang guru tak hanya berilmu, namun juga mengamalkannya. Bahkan, seorang berilmu yang mengajarkan ilmunya derajatnya disejajarkan dengan mereka yang harus pergi berjihad ke medan perang.

Islam juga memandang kalau mengajarkan ilmu dan itu diamalkan muridnya terus menerus dianggap sedekah yang melebihi sedekahnya orang kaya karena amalannya yang tak terputus.  Ketika kita memiliki ilmu dan kemudian menyedekahkannya, maka nilainya sama dengan bersedekah dengan harta, bahkan dianggap lebih tinggi jika ilmu itu terus diamalkan.

Hubungan guru dan murid

Guru, murid, dan ilmu merupakan tiga hal yang tak bisa dipisahkan. Ketiganya saling terkait. Guru dalam Islam diposisikan sebagai pengendali dan pengarah proses belajar murid untuk memahami suatu ilmu. Memang ada banyak manusia yang bisa mempelajari sesuatu tanpa guru atau dikenal dengan otodidak. Namun dalam perspektif Islam, tak semua ilmu bisa dipelajari dengan sendirinya, terutama yang terkait dengan nilai-nilai kebaikan.

Guru dalam Islam juga bertanggung jawab pada anak didiknya. Sementara dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, sosok yang paling bertanggung jawab pada perkembangan anak adalah guru dan orang tua murid itu sendiri.

Menjadi guru tidaklah mudah. Mengajar sesuatu kepada murid tak hanya sebatas teori, namun juga praktik.

Artinya ketika ingin mengajarkan perilaku baik kepada muridnya, dia harus melakukannya terlebih dahulu apa yang diajarkan kepada muridnya sebagai teladan.

Itulah sebagian kewajiban seorang guru kepada murid. Sebaliknya seorang murid haruslah memuliakan guru mereka dan menaati segala perintahnya, selama tidak melanggar larangan dan merupakan permintaan yang baik.


Mari muliakan para guru atas jasa mereka, baik dengan doa atau pun dengan menyisihkan harta untuk membantu kehidupan mereka.


Sumber: Darul Quran, Islampos, Dalam Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *