Artikel

Keutamaan Kurban, Saksi Amal hingga Pembeda Muslim dan Kafir

Pada Jumat, 31 Juli 2020 nanti, insya Allah umat Islam akan merayakan ‘lebaran haji’ alias Idul Adha. Kita semua tahu, sebagian besar ekonomi dunia tengah digerogoti efek pandemi covid-19. Meski demikian, bagi umat Islam yang mampu, disyariatkan untuk berkurban, karena kurban memiliki banyak keutamaan.

 

Saksi amal di hadapan Allah

Berkurban menjadi saksi amal di hadapan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut,

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah (hewan kurban), sesungguhnya pada hari kiamat hewan itu akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.”

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang memeroleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir di lapangan kami (untuk shalat Ied).”

 

Membedakan dengan orang kafir

Ibadah kurban menjadi salah satu syariat yang membedakan orang mukmin dan kafir. Allah berfirman dalam surat Al An’am, ayat 162-16,

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”

 

Ajaran Nabi Ibrahim

Syariat kurban adalah tuntunan Bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam. Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ:

“Wahai Rasulullah, hewan kurban apa ini?” Beliau bersabda: “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata: “Lalu pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata: “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda: “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.”

 

Sisi Positif Aspek Sosial

Setiap daging hasil penyembelihan kurban akan dibagikan kepada fakir miskin. Inilah hikmah kurban yang berkaitan dengan aspek sosial. Daging adalah barang mahal, tidak semua orang sanggup menyediakannya. Maka kurban menjadi kesempatan berbagi antara sesama muslim, yang mampu mengangkat yang tidak mampu.

”Rasulullah memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya, membagi-bagikan dagingnya, kulit dan pakaiannya kepada orang-orang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi sesuatu apapun dari hewan kurban (sebagai upah) kepada penyembelihnya.”

 

Itulah keutamaan kurban yang insya Allah diperoleh pekurban. Selain kedekatan vertikal antara hamba dan Rabb-nya, kurban juga merekatkan ikatan horizontal antara sesama umat Islam. Sebagaimana program kurban Masjid Nusantara yang ingin mempertemukan ikatan muslim perkotaan dengan muslim pelosok. Yuk, kita perluas jangkauan distribusi kurban hingga ke pelosok Nusantara.

 

Artikel disarikan dari hidayatullah. com