Artikel

Apakah Masjid Selalu Identik dengan Kubah?

Sebagai rumah Allah dan tempat peribadatan umat Islam, membangun masjid harus melandaskan aspek kenyamanan dalam beribadah dan kesuciannya.

Akan tetapi, masyarakat menganggap jika masjid yang ada kurang lengkap bila tidak terdapat kubah.

Pada akhirnya, hal ini menimbulkan perbedaan pandangan di masyarakat terkait dengan desain masjid.

Lantas, haruskah masjid selalu identik dengan kubah?

Sejarah Mengenai Kubah Masjid

Berbicara tentang kubah masjid yang menjadi salah satu desain yang banyak ditemui pada masjid masa kini, tentu tidak terlepas dari sejarahnya.

Sebenarnya, kubah masjid belum begitu dikenal pada era Rasulullah SAW. Begitu juga dengan mihrab maupun menara.

Dalam ‘Early Muslim Architecture’, Prof K Creswell menyebutkan bahwa dulu desain awal di Masjid Madinah belum mengenal adanya kubah sama sekali.

Pada era Rasulullah SAW, bangunan masjid sangat sederhana dengan bentuk segi empat dan dinding untuk pembatas di sekelilingnya.

Kemudian, terdapat serambi yang menghadap langsung ke tempat terbuka. Lalu, setelah Qubbat A-Sakhrah berdiri di Yerusalem, bangunan masjid pun mulai menggunakan kubah seperti saat ini.

Indonesia sendiri, mulai mengenal atap masjid berbentuk kubah pada akhir abad ke-19.

Untuk di Jawa sendiri, baru ada pada sekitar pertengahan abad ke-20. Dari situlah kemudian banyak bangunan untuk masjid di Indonesia mulai mengadopsi keberadaan kubah di atasnya.

Fatwa MUI Perihal Desain Masjid

Menanggapi desain kubah masjid yang beberapa lalu sempat menjadi perbincangan di masyarakat, pada akhirnya membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara.

Wakil Ketua MUI, Zainut Tauhid Sa’ad mengatakan, dalam Islam tidak terdapat aturan masjid harus dibangun dengan seragam. Desain dari masjid dapat dipengaruhi oleh tradisi maupun budaya di suatu daerah.

Zainut meneruskan bahwa di negara-negara yang mayoritas masyarakatnya muslim juga, masjid tidak harus seragam.

Terdapat beberapa ornamen penghias lainnya di masjid tersebut misalnya saja adalah menara.

Kemudian, kubah tidaklah harus identik dengan masjid saja melainkan juga bisa diterapkan untuk arsitektur bangunan lain seperti gedung perkantoran, rumah sakit, sekolah, hingga istana kerajaan.

Masjid Cerminan Toleransi

Selain sebagai tempat ibadah, masjid sebenarnya juga memiliki fungsi sosial lainnya. Kemudian, masjid juga cerminan toleransi antar umat dan sesama manusia.

Terkait dengan kubah masjid maupun desain masjid, di Indonesia sebenarnya terdapat masjid dengan arsitektur unik dan mencerminkan toleransi budaya.

Misalnya saja proses akulturasi yang dilakukan oleh para wali di tanah Jawa yang tergabung dalam Wali Songo.

Hal ini kita bisa lihat dari Masjid Kudus dan juga Masjid Demak. Kedua masjid tersebut memiliki desain arsitektur yang mungkin sedikit berbeda dari masjid pada umumnya yang memiliki kubah.

Arsitektur keduanya tidak lain merupakan proses akulturasi antara budaya Islam dengan budaya Hindu pada masa itu.

Hal tersebut juga menjadi sebuah kearifan lokal dan kekuatan dakwah yang dilakukan oleh para wali.

Pada intinya, ketika masjid dibangun dengan megah dan tanpa memperhatikan unsur lainnya atau lebih banyak mudharat tentu hal itu tidak baik.

Ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Umar bin Khatthab Radhiyallhuanhu saat hendak membangun masjid, beliau pun berkata:

أَكِنَّ النَّاسَ مِنْ الْمَطَرِ وَإِيَّاكَ أَنْ تُحَمِّرَ أَوْ تُصَفِّرَ فَتَفْتِنَ النَّاسَ

Artinya:

Jadikanlah ia bangunan yang bisa melindungi manusia dari hujan! Jangan kamu warnai dengan warna merah atau kuning agar engkau tidak menfitnah manusia.

Bagaimana Harus Bersikap?

Hendaknya, masyarakat lebih bijak dalam menanggapi informasi yang beredar terkait desain masjid dan kubahnya yang harus identik.

Pada intinya, beribadah di masjid wajib memperhatikan kenyamanan dalam beribadah dan kesuciannya.

Kemudian, pada saat membangun masjid harus mendasarinya dengan kecintaan terhadap Allah SWT.

Sebagaimana riwayat Ibnu Abbas Radhiyallhuanhu dari Nabi Muhammad SAW berikut:

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ لبيضها بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Artinya:

Barangsiapa membangun masjid karena Allâh walaupun hanya seukuran lubang tempat burung bertelur, maka Allâh bangunkan baginya (rumah) di surga.

 

Semoga dapat menambah wawasan kita semua dan semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT, Amin!