Bertepatan dengan peringatan Hari Nakba, serangan militer Israel kembali mengguncang Jalur Gaza. Sekitar 60 orang dilaporkan tewas atas serangan tersebut, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan udara menghantam rumah dan tenda tempat warga Palestina berlindung. Serangan ini kian menambah luka bagi rakyat Palestina di tengah peringatan Hari Nakba yang penuh duka.
Ketika Tanah Palestina Dirampas
Israel berdiri tanpa etika pada 1948, menerobos semua hukum dan hak asasi manusia. Saat itu, pasukan zionis mengusir paksa 75% penduduk Palestina dari rumah-rumah mereka.
Peristiwa ini dikenal dengan nama ‘Nakba’. Nakba (النكبة) merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab, yang berarti bencana atau malapetaka. Istilah ini merujuk pada peristiwa tahun 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina terpaksa harus meninggalkan rumah dan kampung halamannya akibat konflik di Timur Tengah.
Istilah “Hari Nakba” baru secara resmi diperingati sejak tahun 1998 oleh pemimpin Palestina kala itu Yasser Arafat, ditetapkan sebagai momen perlawanan terhadap hilangnya tanah air Palestina.
Setiap tahun, pada Hari Nakba, warga Palestina turun ke jalan sambil memegang kunci dari rumah yang mereka tinggali dulu. Sejak 77 tahun lalu, warga Palestina diusir dari rumah dan tidak pernah bisa kembali.
Nakba Tak Kunjung Usai
Kisah pilu nakba tidak bermula begitu saja di tahun 1948. Melainkan didahului oleh proses yang cukup rumit sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1919, pemerintah Inggris mulai memfasilitasi migrasi besar-besaran bangsa Yahudi Eropa ke wilayah Palestina.
Sebuah tindakan yang secara moral dan logika, jelas menimbulkan pertanyaan besar hingga hari ini, karena pada dasarnya Inggris menjanjikan sebuah tanah yang bukan miliknya.
Saat Inggris merebut Palestina dari Turki Usmani pada 1917, Menteri Luar Negeri Arthur Balfour mendeklarasikan gerakan Zionis dan menjanjikan pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina. Dengan kata lain, agresi Zionis ke Palestina dilakukan atas restu Inggris.
Mereka mengusir, meneror, bahkan membunuh penduduk asli, demi menghilangkan penduduk Arab (mayoritas Muslim) di sana, dan menambah populasi Yahudi.
Apa yang dilakukan oleh rezim Zionis bukan hanya soal pengusiran paksa warga Palestina dari tanahnya. Lebih dari itu, mereka juga merampas identitas, budaya, dan sejarahnya. Itulah sebabnya, Nakba menjadi peristiwa yang memilukan, sebuah tragedi dimana kehidupan rakyat Palestina dirampas secara keji.
Hingga kini, dampak Nakba masih dirasakan. Ratusan ribu rumah hancur, jutaan orang terusir dan hidup sebagai pengungsi tanpa kewarganegaraan. Trauma dan luka akibat kejahatan kemanusiaan. Lebih tragis lagi, konflik belum juga usai.
Sudahkah Kita Peduli?
Di tengah kenyamanan yang kita nikmati, tanpa rasa takut kehilangan keluarga atau tempat tinggal, sudahkah kita bertanya: Apakah kita hanya sekadar menyaksikan, atau turut menjadi bagian dari perjuangan mereka?
Foto: indonesian.un.org