Kita tidak pernah tahu, amalan mana yang Allah terima. Justru, bisa jadi amal yang kita anggap sepelelah–yang bernominal kecil di mata manusia–yang membawa kita ke surga-Nya.
Ramadhan datang kembali, membawa kesempatan ladang amal bagi yang menantikannya. Saat semua amalan ganjarannya berkali lipat. Termasuk amal yang nampak kecil ini: memberi minum dan makanan ringan untuk buka puasa (takjil).
Salah satu tradisi terindah di bulan Ramadhan adalah iftar, atau berbuka puasa, di mana masyarakat berkumpul untuk berbagi makanan setelah seharian berpuasa.
Namun, bagi sebagian orang, menikmati hidangan buka puasa adalah kemewahan yang tidak mampu mereka beli. Untuk itulah, Masjid Nusantara mengajakmu mendukung penggalangan dana untuk buka puasa, lewat program Berbagi Paket Berbuka (BPB).
Punya utang puasa, saking banyaknya gak tau lagi berapa, harus gimana? Harus bayar fidyah, tapi gak tau caranya? Atau mau bayar fidyah untuk keluarga yang sakit-sakitan, hingga tak sanggup puasa? Yuk, cari jawabannya di sini.
Hukum puasa Ramadhan adalah wajib. Bagi yang terpaksa tidak menjalankannya karena uzur, bisa menggantinya dengan dua hal ini: qadha atau fidyah.
Sebagai manusia, kita saling berhubungan, dan kita berbagi tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap kebutuhan dasar hidup, termasuk pangan.
Salah satu cara terbaik untuk berbagi di bulan Ramadhan adalah dengan menyumbangkan makanan kepada yang kurang mampu. Kebahagiaan dan kegembiraan yang datang dengan berbagi makanan dengan mereka yang membutuhkan tak terlukiskan.
Apa arti Idul Fitri bagimu? Kuliner Lebaran? Baju baru? Berkumpul dengan keluarga?
Bagi orang-orang yang berkecukupan, memiliki semua itu mudah saja. Namun, ada orang-orang di sekitar kita yang tidak bisa seperti itu.
Keinginan mereka sama, menyambut Idul Fitri dengan sebaik-baiknya, namun yang menahan mereka adalah kemampuan mereka.
Kekurangan harta dan kelimpahan hidup adalah ujian dari Allah. Tapi Dia menyediakan jalan bernama persaudaraan Islam, untuk menjembatani kebaikan bagi keduanya.
Sedang ingin mengajak sobat nostalgia masa kecil kala Ramadhan tiba. Masa-masa indah saat setiap sore dipaksa segera ke mushola untuk mengaji dan berburu tanda tangan saat usai subuh. Sobat masih ingat tidak siapa sosok yang selalu ditemui kala itu?
Kebanyakan kita sepertinya akan mengingat sosok ustadz/ustadzah. Mereka yang dulu begitu ikhlas mengajarkan anak-anak santri huruf demi huruf, halaman demi halaman iqro 1 sampai 6. Profesi mulia yang sudah berhasil menghantarkan kita mahir membaca Al-Qur’an, hafal gerakan dan bacaan sholat.
Di umur berapakah kamu tahu bahwa lantunan adzan tidak pernah terputus sedetik pun?
Ya, panggilan suci ini berkumandang setiap detik, karena perbedaan zona waktu antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, di seluruh dunia.
Misalnya, adzan Subuh berkumandang pada pukul 04.30 waktu setempat di Papua. Selesai di Bumi Cenderawasih, kumandang adzan menyahut dari daerah Maluku. Setelah selesai di sana, selanjutnya adzan mengalun di wilayah Sulawesi.
Bulan Ramadhan Bulan Al-Qur’an
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca dan memahami Al-Qur’an. Ironisnya, di daerah pelosok masih banyak muslim yang tidak memiliki Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an yang tersedia di masjid pun sudah tidak layak sekali kondisinya.
Ini Al-Qur’an yang Tim Masjid Nusantara temukan ketika mengunjungi Masjid Al Falah, Kampung Nyalindung, Garut.
Siapa yang pernah menumpang sholat di sebuah masjid/mushola dan mencium bau-bau ‘aneh’ dari karpetnya? Nyaman, nggak, shalatnya?
Tentu saja, kondisi tempat shalat yang tidak nyaman seperti itu bukan sengaja. Biasanya kekurangan dana adalah masalah utamanya dan di negeri kita ini, ribuan masjid/mushola mengalami masalah yang sama. Maka, Masjid Nusantara menginisiasi program sedekah karpet masjid.
Keberadaan tempat wudhu dan toilet di masjid sangat penting untuk menunjang kenyamanan jamaah di dalamnya. Salah satu syarat sah sholat adalah bersuci dari hadast dan najis. Jadi, sulit dibayangkan jika masjid tidak dilengkapi dengan tempat wudhu dan toilet.
Namun, ternyata, masjid dan mushola yang tidak dilengkapi dengan tempat wudhu dan toilet yang memadai, masih banyak dijumpai di daerah pelosok.
Lihatlah kondisi tempat wudhu dan MCK di Mushola Al Qomar, Kp. Sukamaju, Pameutingan, pelosok Tasikmalaya Selatan.
Masjid milik siapa? Mungkin kamu bisa jawab, Milik umat Islam. Tapi muncul pertanyaan lagi. Umat Islam yang mana?
Ketimpangan kondisi hidup di kota dan pelosok Nusantara sudah kita ketahui bersama. Kesenjangan ekonomi berimbas ke banyak aspek. Salah satunya, kehadiran masjid, rumah ibadah umat Islam. Mari bangun masjid pelosok!
Selama 10 tahun berdiri, Masjid Nusantara menemukan dua kondisi berikut dalam perjalanan mencari masjid di pelosok.
Wah, besok arisan, nih. Pake baju apa ya? Eh, lusa ada kumpulan komunitas, kerudungnya belum ada yang matching! Aduh, keliatan aneh gak ya nanti…
Manusiawi sebetulnya, kalau ingin menunjukkan penampilan terbaik di depan orang lain. Semua berkaitan dengan penilaian orang lain kepada kita.
Tapi, pernah gak kamu shalat di mushola umum? Pernah gak, nemuin mukena kumal, berjamur, bahkan baunya gak enak?
Sobat, potret mukena yang tidak layak tersebut mengingatkan kita untuk lebih perhatian pada pakaian yang kita kenakan beribadah kepada Allah.
Kalau bertemu manusia saja kita sedemikian perhatiannya, masa bertemu Allah malah asal-asalan?
Kantor Pusat:
Jl. Kayu Agung 1 No. C50, Bandung
Telp / SMS / Whatsapp : 0851 0766 6665
Mail: [email protected]
An. Yayasan Masjid Nusantara
Disclaimer: Tiap donasi yang masuk melalui QRcode dan Rekening Donasi ini akan kami salurkan ke Kegiatan Pemakmuran Masjid (bangun dan renovasi, sarana dan prasarana, dan kegiatan pemakmuran lainnya).
© 2021 Masjid Nusantara
All rights reserved.